OmNagib.Online – Dampak sanksi AS terhadap industri chip China mulai terasa, dengan para analis memperkirakan akan terjadi perlambatan signifikan dalam pengeluaran China untuk peralatan pembuatan chip.
Menurut laporan TechInsights, pembelian peralatan fabrikasi chip oleh Tiongkok diperkirakan akan turun 6% tahun ini, dari $41 miliar pada tahun 2024 menjadi $38 miliar. Hal ini menandai pembalikan nasib yang signifikan bagi Tiongkok, yang telah menjadi pembeli peralatan fabrikasi chip terbesar selama dua tahun terakhir.
Penurunan belanja di Tiongkok disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk kontrol ekspor AS dan kelebihan kapasitas produksi chip di Tiongkok. Sanksi AS, yang ditujukan untuk membatasi akses Tiongkok ke teknologi chip canggih, telah memaksa perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk mengandalkan penimbunan dan tindakan lain untuk mempertahankan pasokan chip mereka.
Meskipun menghadapi tantangan ini, perusahaan chip Tiongkok terus mengalami kemajuan, meskipun dengan biaya yang lebih tinggi. Misalnya, Huawei berhasil memproduksi chip canggih tahun lalu, meskipun terputus dari teknologi AS.
Perlambatan belanja Tiongkok untuk peralatan pembuatan chip diperkirakan akan berdampak pada industri global, yang telah mengalami kemerosotan dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan permintaan Tiongkok kemungkinan akan memperburuk kesengsaraan industri, yang mengarah pada periode konsolidasi dan restrukturisasi.
Seiring meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, industri chip global bersiap menghadapi gangguan lebih lanjut. Sanksi dan kontrol ekspor yang sedang berlangsung kemungkinan akan berdampak jangka panjang pada industri, membentuk masa depan produksi dan inovasi chip.
Penurunan pengeluaran Tiongkok untuk peralatan pembuatan chip juga diperkirakan akan berdampak pada rantai pasokan global, karena perusahaan Tiongkok merupakan pelanggan utama bagi banyak pemasok peralatan chip.
“Ini adalah pergeseran signifikan di pasar,” kata Boris Metodiev, analis senior di TechInsights. “China telah mendorong pertumbuhan di pasar peralatan chip, dan perlambatan dalam pengeluaran mereka akan berdampak pada seluruh industri.”
Sanksi AS terhadap industri chip China merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mengekang ambisi teknologi China. Pemerintah AS semakin khawatir tentang kemajuan pesat China di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan, 5G, dan semikonduktor.
Dengan membatasi akses China ke teknologi chip canggih, AS berharap dapat memperlambat kemajuan China di bidang-bidang ini. Namun, sanksi tersebut juga memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti menaikkan biaya bagi perusahaan-perusahaan China dan memaksa mereka untuk bergantung pada pemasok alternatif.
Seiring meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China, industri chip global bersiap menghadapi gangguan lebih lanjut. Sanksi dan kontrol ekspor yang sedang berlangsung kemungkinan akan berdampak jangka panjang pada industri, membentuk masa depan produksi dan inovasi chip.
Dalam jangka pendek, perlambatan belanja Tiongkok untuk peralatan pembuatan chip diperkirakan akan menyebabkan periode konsolidasi dan restrukturisasi dalam industri tersebut. Perusahaan yang sangat bergantung pada permintaan Tiongkok mungkin perlu beradaptasi dengan cepat agar tetap bertahan.
Dalam jangka panjang, sanksi AS terhadap industri chip China kemungkinan akan mempercepat pengembangan teknologi chip alternatif dan rantai pasokan. Karena perusahaan China terpaksa bergantung pada pemasok alternatif dan mengembangkan teknologi mereka sendiri, industri chip global mungkin menjadi lebih terdesentralisasi dan beragam.
Namun, sanksi tersebut juga kemungkinan akan menyebabkan meningkatnya ketegangan dan persaingan antara AS dan China. Karena kedua negara terus bersaing untuk mendominasi industri chip global, taruhannya kemungkinan akan semakin tinggi, dan konsekuensi kegagalannya akan semakin parah.